|
Menyaksikan Indahnya Penorama Gunung Arjuna, Semeru dan Puncak Kawah Bromo |
|
Deretan Gunung Megah di atas lautan awan |
|
Bersama sang Arjuna |
|
Mendaki Bromo bersama Bule |
|
Dari Puncak Kawah Bromo |
|
Desa Ngadisari, sebelum pendakian ke Bromo. |
|
Puncak Kawah Bromo |
Bercerita
tentang wisata pegunungan BROMO memang tidak aka ada habisnya. Cerita demi
cerita terangkai dengan indah dari orang-orang yang pernah berkunjung kesana.
Sungguh….. aku sendiri sekarang membuktikan mempesonanya tempat itu. Dan aku
juga ingin mengukir kenangan perjalananku
Awal
perjalanan aku mulai dari rumahku, daerah boyolali. Sebelum aku ke BRomo,
tempat tujuan pertamaku adalah Kebupaten Tuban, Jawa Timur, tempat dimana aku
dulu bekerja sebagai Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan
(PSP3). Hari Minggu tanggal 19 Mei
2013pukul 07.00 WIB, aku berangkat dari rumah menuju terminal Tirtonadi, Solo.
Jarak tempuh rumahku dengan Terminal terbilang cukup jauh, jadi pukul 08.00 WIB
aku baru sampai di terminal. Sesampainya di terminal, aku langsung menuju ke
pemberhentian bus jurusan Surabaya-Yogyakarta. Banyak macam bus yang menuju
kota Surabaya, antara lain Sumber Slamet, Eka, Mira, dan yang lainnya. Karena aku
bertualang ala backpacker, cukup aku naik bus AC EKONOMI dengan tarif bus hanya
Rp. 23.000 ke jombang. Dengan lama perjalanan kurang lebih 5 jam dari Solo, aku
turun di jombang dan melanjutkan perjalanan lagi dengan bus Puspa Indah Jurusan
Tuban dengan tariff Rp.13.000 saja. Setibanya aku di Tuban, langsung aku
melepas rinduku dengan rekan kerja PSP3
di Tuban dan berkunjung ke Desa Binaan Karanglo, Kerek, Tuban. Semalam aku
beristirahat di Posko PSP3 Karanglo untuk mempersiapkan tenaga di perjalanan
berikutnya, BROMO.
Pagi
yang cukup cerah untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan utama. Bergegas
pagi-pagi aku mempersiapkan segala sesuatu yang akan aku bawa di perjalanan. Setelah
mengecek kelengkapan, aku pun siap melanjutkan perjalanan. Aku pergi ke bromo
ditemani A’a yayang, mas a’at dan rekan-rekannya. Pukul 07.30 aku berangkat
naik angkot dari kecamatan Merak Urak menuju terminal lama Tuban dengan ongkos
Rp.3000 per orang, lanjut dengan bus Puspa Indah jurusan terminal Jombang. Sebelumnya
kami sudah janjian dengan mas A’at di terminal jombang, pukul 10.00 kami sudah
sampai di terminal. tapi karena mas A’atnya terlambat, kami harus menunggu
selama hamper 2 jam d terminal. Setelah bertemu dan A’at dan rekan-rekannya,
kami pun memulai perjalanan awal kami menuju BROMO. Kami memutuskan untuk
menuju bromo dari kota Probolinggo, jadi kami mencari bus kearah Probolinggo. Sebenarnya
lewat Surabaya hanya perlu ganti bus 2 kali, tapi karena arahnya memutar dan
lebih jauh, kami memutuskan lewat Mojokerjo. Dari terminal Jombang kami naik
bus kearah Surabaya turun terminal Mojokerto yang hanya ditempuh waktu 30 menit
dan ongkos Rp.3500. Pukul 13.00 kami melanjutkan perjalanan lagi kearah Pasuruan
dengan bus kecil warna kuning tariff bus hanya Rp. 7000. Perjalanan hamper 4
jam membuat kami cukup kelelahan, jadi sesampainya di Pasuruan kami
beristirahat untuk Sholat dan makan. Baru pukul 16.30 kami melanjutkan
perjalanan ke Probolinggo.
Berwisata
ala backpacker memang harus menyiapkan fisik yang kuat dan badan fit, karena
perjalanan yang ditempuh tidak bisa dimanjakan dengan fasilitas yang wah dan
mewah, cukup memanfaatkan apa yang ada dan apa adanya. Walaupun segala sesuatu
serba apa adanya, bukan berarti membuat perjalanan kita jadi membosankan, susah
dan tidak menyenangkan, justru bagiku…perjalanan backpacker itu seru dan
mendapat banyak pengalaman. Melanjutkan perjalananku, pukul 17.30an kami sampai
juga di terminal Probolinggo. Disinilah salah satu jalur kearah bromo yang
sering digunakan para pengunjung dengan menggunakan transportasi umum. Lagi pula,
dari Probolinggo memang disediakan angkutan yang menuju kearah BROMO, warga
sekitar biasanya menyebut angkutan tersebut dengan istilah “TAXI”. Tarif taxi untuk wisatawan domestik berkisar Rp. 25.000. Namun kendaraan
umum tersebut tidak beroprasi sewaktu-waktu. Mobil tersebut menunggu penumpang
penuh baru mengantar penumpang. Jadi jangan kaget kalau harus menunggu
berjam-jam baru kalian bisa diantar ke bromo. Dan sekali-sekali jangan pernah
mencoba mencari tumpangan gratis dari mobil pribadi yang juga menuju kearah bromo. Karena kalau ketahuan
oleh supir angkutan dan kawan-kawannya, bisa jadi petaka bagi kalian. Seperti yang
aku alami malam itu, saat kita sudah tidak tahan menunggu 3 jam, kami mencoba
mencari tumpangan. Saat itu ada mobil pribadi milik Bule kaya bersama dua orang
guide. Mereka sudah berbaik hati member kami tumpangan gratis, dan saat kami
mau masuk ke dalam mobil, rombongan supir dan kawan-kawannya menghadang mobil
sambil memaki-maki, ada bapak-bapak yang mengayunkan pukulan tangan, ada yang
marah-marah sampai matanya mau copot, ada yang mukanya menyeramkan kaya singa
beranak…. Dan inti dari aksi mereka adalah mereka tidak terima kalau penumpang
mereka di ambil orang. Ini reaksi tergila dan terparah yang pernah aku lihat. Benar-benar
diluar dugaan kalau sampai begini. Akhirnya kami meminta maaf dengan kedua
belah pihak atas kejadian buruk itu. Kami harus kembali menunggu taxi yang ngge
jelas kapan berangkat itu dengan sabar. Sambil menunggu kami mengobrol dengan
seorang supir taxi dan mencari informasi tentang fasilitas di bromo. Hasil perbincangan
dan negosiasi ala backpacker membuahkan hasil, kami mendapat tawaran jeep dan
penginapan dengan harga yang miring melalui bapak yang kearap di panggil Pak
Basir. Well….. penantian kita usai juga,
pukul 22.30 WIB serombongan bule satu mobil datang untuk naik taxi kearah bromo.
Fiuhhhh akhirnya datang juga, saat itu pula kami melanjutkan perjalan bersama
bule-bule itu ke bromo.
Kami
menginap di sebuah penginapan BUDI di Desa Ngadisari, tempat dimana kita
memulai start untuk melakukan pendakian ke Bromo. Banyak penginapan yang
ditawarkan di daerah tersebut mulai dari kelas atas sampai yang ekonomi saja. Seperti
biasa, ala backpacker memilih penginapan yang biasa saja, dengan biaya sewa
hanya Rp.150.000/ kamar semalam, fasilitas air panas dalam termos, kamar dengan
tempat tidur standart dan kamar mandi luar dengan air hangat. Sudah cukuplah
fasilitas tersebut bagi kami. Setelah bermalam di penginapan, kami di jemput
oleh Pak Basir untuk mendaki BROMO dengan jeep yang telah kami booking
sebelumnya. tarif yang dikenakan untuk mengantar wisatawan ke pabanjakan 2 pada saat itu hanya Rp. 70.000 saja, tapi itu hasil negosiasi gila2an kita heeheee. Kami berangkat pukul 04.00 dengan 2 orang bule dari Itali dan 2
orang bule dari Jerman, mereka adalah Yana dan Nataline, dua orang laki-laki
yang lainnya aku lupa namanya. Dengan jeep kami berjalan kearah PANANJAKAN 2. Untuk
menuju ke puncak pananjakan, setelah naik jeep harus berjalan lagi dan menapaki
anak tangga yang berjumlah 200an. Dan sesampainya di puncak Pananjakan…… mata
kita berbinar-binar dan takjuup, melihat indahnya puncak kawah bromo, Gunung
Arjuna dan Gunung Semeru yang megah di atas lautan awan. Entah kenapa aku
seakan tak percaya bahwa gunung itu nyata, seperti lukisan saja, seperti sebuah
ilusi, tidak tampak nyata….namun itu nyata. Sungguh menakjupkan….. sangat
mengagumkan….puncak Pananjakan BROMO. Langsung kami pasang aksi di depan kamera
untuk mengabadikan sang alam bersama kami….. BROMO…..
Tak
bisa berlama-lama di puncak pananjakan, karena jeep dibawah sudah menunggu
untuk mengantar kami ke Kawah Gunung Bromo. Bersama penumpang dan jeep yang
sama kami menlajutkan wisata kami ke kawah bromo. Woooow……ternyata kami
melintasi lautan awan yang tadi kita lihat di puncak Pananjakan. Melintasi lautan
pasir yang membawa kita kearah kawah bromo. Jeep tidak mengantar kita ke kaki
gunung kawah Bromo, harus berjalan sedikit dan menanjaki tangga untuk mencapai
puncak. Tapi sebelum mencapai puncak, dari lautan pasir itu kita bisa melihat
gunung Arjuna lebih dekat. Jadi terlihat lebih jelas. Sesudah mendaki puncak kawah
bromo, kami pulang ke penginapan diantar jeep yang kita sewa. Menikmati bromo
tidak cukup lama, mulai pukul 04.00 sampai pukul 08.30 saja. Tapi waktu
sesingkat itu meninggalkan kesan yang luar biasa dan kenangan yang tak
terlupakan. Aku ingin ke bromo lagi … ingin kembali ke bromo. Kami meninggalkan
Desa Ngadisari pukul 10.00 dan melanjutkan perjalanan pulang melewati Surabaya
menuju Boyolali. Well….. BROMO dan petualangan backpackerku, tak akan pernah aku
lupakan.