Senin, 27 Mei 2013

BERWISATA KE BROMO ALA BACKPACKER

Menyaksikan Indahnya Penorama Gunung Arjuna, Semeru dan Puncak Kawah Bromo

Deretan Gunung Megah di atas lautan awan

Bersama sang Arjuna


Mendaki Bromo bersama Bule

Dari Puncak Kawah Bromo

Desa Ngadisari, sebelum pendakian ke Bromo.

Puncak Kawah Bromo




          Bercerita tentang wisata pegunungan BROMO memang tidak aka ada habisnya. Cerita demi cerita terangkai dengan indah dari orang-orang yang pernah berkunjung kesana. Sungguh….. aku sendiri sekarang membuktikan mempesonanya tempat itu. Dan aku juga ingin mengukir kenangan perjalananku
          Awal perjalanan aku mulai dari rumahku, daerah boyolali. Sebelum aku ke BRomo, tempat tujuan pertamaku adalah Kebupaten Tuban, Jawa Timur, tempat dimana aku dulu bekerja sebagai Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (PSP3).  Hari Minggu tanggal 19 Mei 2013pukul 07.00 WIB, aku berangkat dari rumah menuju terminal Tirtonadi, Solo. Jarak tempuh rumahku dengan Terminal terbilang cukup jauh, jadi pukul 08.00 WIB aku baru sampai di terminal. Sesampainya di terminal, aku langsung menuju ke pemberhentian bus jurusan Surabaya-Yogyakarta. Banyak macam bus yang menuju kota Surabaya, antara lain Sumber Slamet, Eka, Mira, dan yang lainnya. Karena aku bertualang ala backpacker, cukup aku naik bus AC EKONOMI dengan tarif bus hanya Rp. 23.000 ke jombang. Dengan lama perjalanan kurang lebih 5 jam dari Solo, aku turun di jombang dan melanjutkan perjalanan lagi dengan bus Puspa Indah Jurusan Tuban dengan tariff Rp.13.000 saja. Setibanya aku di Tuban, langsung aku melepas rinduku dengan  rekan kerja PSP3 di Tuban dan berkunjung ke Desa Binaan Karanglo, Kerek, Tuban. Semalam aku beristirahat di Posko PSP3 Karanglo untuk mempersiapkan tenaga di perjalanan berikutnya, BROMO.
          Pagi yang cukup cerah untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan utama. Bergegas pagi-pagi aku mempersiapkan segala sesuatu yang akan aku bawa di perjalanan. Setelah mengecek kelengkapan, aku pun siap melanjutkan perjalanan. Aku pergi ke bromo ditemani A’a yayang, mas a’at dan rekan-rekannya. Pukul 07.30 aku berangkat naik angkot dari kecamatan Merak Urak menuju terminal lama Tuban dengan ongkos Rp.3000 per orang, lanjut dengan bus Puspa Indah jurusan terminal Jombang. Sebelumnya kami sudah janjian dengan mas A’at di terminal jombang, pukul 10.00 kami sudah sampai di terminal. tapi karena mas A’atnya terlambat, kami harus menunggu selama hamper 2 jam d terminal. Setelah bertemu dan A’at dan rekan-rekannya, kami pun memulai perjalanan awal kami menuju BROMO. Kami memutuskan untuk menuju bromo dari kota Probolinggo, jadi kami mencari bus kearah Probolinggo. Sebenarnya lewat Surabaya hanya perlu ganti bus 2 kali, tapi karena arahnya memutar dan lebih jauh, kami memutuskan lewat Mojokerjo. Dari terminal Jombang kami naik bus kearah Surabaya turun terminal Mojokerto yang hanya ditempuh waktu 30 menit dan ongkos Rp.3500. Pukul 13.00 kami melanjutkan perjalanan lagi kearah Pasuruan dengan bus kecil warna kuning tariff bus hanya Rp. 7000. Perjalanan hamper 4 jam membuat kami cukup kelelahan, jadi sesampainya di Pasuruan kami beristirahat untuk Sholat dan makan. Baru pukul 16.30 kami melanjutkan perjalanan ke Probolinggo.
          Berwisata ala backpacker memang harus menyiapkan fisik yang kuat dan badan fit, karena perjalanan yang ditempuh tidak bisa dimanjakan dengan fasilitas yang wah dan mewah, cukup memanfaatkan apa yang ada dan apa adanya. Walaupun segala sesuatu serba apa adanya, bukan berarti membuat perjalanan kita jadi membosankan, susah dan tidak menyenangkan, justru bagiku…perjalanan backpacker itu seru dan mendapat banyak pengalaman. Melanjutkan perjalananku, pukul 17.30an kami sampai juga di terminal Probolinggo. Disinilah salah satu jalur kearah bromo yang sering digunakan para pengunjung dengan menggunakan transportasi umum. Lagi pula, dari Probolinggo memang disediakan angkutan yang menuju kearah BROMO, warga sekitar biasanya menyebut angkutan tersebut dengan istilah “TAXI”. Tarif taxi untuk wisatawan domestik berkisar Rp. 25.000. Namun kendaraan umum tersebut tidak beroprasi sewaktu-waktu. Mobil tersebut menunggu penumpang penuh baru mengantar penumpang. Jadi jangan kaget kalau harus menunggu berjam-jam baru kalian bisa diantar ke bromo. Dan sekali-sekali jangan pernah mencoba mencari tumpangan gratis dari mobil pribadi yang juga  menuju kearah bromo. Karena kalau ketahuan oleh supir angkutan dan kawan-kawannya, bisa jadi petaka bagi kalian. Seperti yang aku alami malam itu, saat kita sudah tidak tahan menunggu 3 jam, kami mencoba mencari tumpangan. Saat itu ada mobil pribadi milik Bule kaya bersama dua orang guide. Mereka sudah berbaik hati member kami tumpangan gratis, dan saat kami mau masuk ke dalam mobil, rombongan supir dan kawan-kawannya menghadang mobil sambil memaki-maki, ada bapak-bapak yang mengayunkan pukulan tangan, ada yang marah-marah sampai matanya mau copot, ada yang mukanya menyeramkan kaya singa beranak…. Dan inti dari aksi mereka adalah mereka tidak terima kalau penumpang mereka di ambil orang. Ini reaksi tergila dan terparah yang pernah aku lihat. Benar-benar diluar dugaan kalau sampai begini. Akhirnya kami meminta maaf dengan kedua belah pihak atas kejadian buruk itu. Kami harus kembali menunggu taxi yang ngge jelas kapan berangkat itu dengan sabar. Sambil menunggu kami mengobrol dengan seorang supir taxi dan mencari informasi tentang fasilitas di bromo. Hasil perbincangan dan negosiasi ala backpacker membuahkan hasil, kami mendapat tawaran jeep dan penginapan dengan harga yang miring melalui bapak yang kearap di panggil Pak Basir. Well….. penantian kita usai  juga, pukul 22.30 WIB serombongan bule satu mobil datang untuk naik taxi kearah bromo. Fiuhhhh akhirnya datang juga, saat itu pula kami melanjutkan perjalan bersama bule-bule itu ke bromo.
          Kami menginap di sebuah penginapan BUDI di Desa Ngadisari, tempat dimana kita memulai start untuk melakukan pendakian ke Bromo. Banyak penginapan yang ditawarkan di daerah tersebut mulai dari kelas atas sampai yang ekonomi saja. Seperti biasa, ala backpacker memilih penginapan yang biasa saja, dengan biaya sewa hanya Rp.150.000/ kamar semalam, fasilitas air panas dalam termos, kamar dengan tempat tidur standart dan kamar mandi luar dengan air hangat. Sudah cukuplah fasilitas tersebut bagi kami. Setelah bermalam di penginapan, kami di jemput oleh Pak Basir untuk mendaki BROMO dengan jeep yang telah kami booking sebelumnya. tarif yang dikenakan untuk mengantar wisatawan ke pabanjakan 2 pada saat itu hanya Rp.  70.000 saja, tapi itu hasil negosiasi gila2an kita heeheee. Kami berangkat pukul 04.00 dengan 2 orang bule dari Itali dan 2 orang bule dari Jerman, mereka adalah Yana dan Nataline, dua orang laki-laki yang lainnya aku lupa namanya. Dengan jeep kami berjalan kearah PANANJAKAN 2. Untuk menuju ke puncak pananjakan, setelah naik jeep harus berjalan lagi dan menapaki anak tangga yang berjumlah 200an. Dan sesampainya di puncak Pananjakan…… mata kita berbinar-binar dan takjuup, melihat indahnya puncak kawah bromo, Gunung Arjuna dan Gunung Semeru yang megah di atas lautan awan. Entah kenapa aku seakan tak percaya bahwa gunung itu nyata, seperti lukisan saja, seperti sebuah ilusi, tidak tampak nyata….namun itu nyata. Sungguh menakjupkan….. sangat mengagumkan….puncak Pananjakan BROMO. Langsung kami pasang aksi di depan kamera untuk mengabadikan sang alam bersama kami….. BROMO…..
          Tak bisa berlama-lama di puncak pananjakan, karena jeep dibawah sudah menunggu untuk mengantar kami ke Kawah Gunung Bromo. Bersama penumpang dan jeep yang sama kami menlajutkan wisata kami ke kawah bromo. Woooow……ternyata kami melintasi lautan awan yang tadi kita lihat di puncak Pananjakan. Melintasi lautan pasir yang membawa kita kearah kawah bromo. Jeep tidak mengantar kita ke kaki gunung kawah Bromo, harus berjalan sedikit dan menanjaki tangga untuk mencapai puncak. Tapi sebelum mencapai puncak, dari lautan pasir itu kita bisa melihat gunung Arjuna lebih dekat. Jadi terlihat lebih jelas. Sesudah mendaki puncak kawah bromo, kami pulang ke penginapan diantar jeep yang kita sewa. Menikmati bromo tidak cukup lama, mulai pukul 04.00 sampai pukul 08.30 saja. Tapi waktu sesingkat itu meninggalkan kesan yang luar biasa dan kenangan yang tak terlupakan. Aku ingin ke bromo lagi … ingin kembali ke bromo. Kami meninggalkan Desa Ngadisari pukul 10.00 dan melanjutkan perjalanan pulang melewati Surabaya menuju Boyolali. Well….. BROMO dan petualangan backpackerku, tak akan pernah aku lupakan.

2 komentar:

  1. Wah kayanya suka backpacker y.
    Mau memperkenalkan hotel Netral di Jombang, kalo backpacker di Jawa Timur dan mampir ke Jombang, silahkan mampir. Harga terjangkau jadi cocok untuk para backpackers.
    Silahkan lihat web sitenya di
    http://hotelnetraljombang.com/
    https://www.facebook.com/hotelnetraljombang

    BalasHapus